HOME

Ternyata Paypal Saya Tidak Bisa Terima Dana

Rabu, 23 Juli 2008

Beberapa waktu lalu, saya mencoba withdraw (menarik) dana dari salah satu program Paid To Click (PTC) ke akun Paypal, yaitu Kooplinks (reff.) yang telah terbukti membayar saya via E-Gold belakangan ini. Mengingat withdraw/payout di Kooplinks terbilang cukup minim, saya pun mencoba me-Request lagi via Paypal karena dana saya di Paypal memang masih kosong he..he.. Maklumlah, saya ini masih newbie dan ingin merasakan dana penghasilan online bisa masuk ke akun Paypal sendiri ha..ha… narsis banget ya? :-)

Selain tujuan utama adalah untuk mengisi dana paypal saya, saya juga ingin mencoba nge-test apakah akun Paypal saya yang ternyata belum ter-verifikasi dengan kartu kredit ini bisa di aliri dana alias menerima transfer ato tidak…

Nah, karena proses payout dari Kooplinks sendiri cukup cepat (kemungkinan hanya memerlukan waktu 24 jam saja) saya pun tidak sabar untuk mengetahui tentang status Paypal saya yang belum verifikasi ini dan berharap semoga bisa menerima kiriman sejumlah dana dari orang lain.

Yach itung-itung ngumpulin dana dulu dan kalo sudah banyak baru kirim aplikasi verifikasi kepada Paypal dengan memakai kartu kredit he..he.. (mode on: pengennya sieh). Maklum boz, belum punya kartu kredit nieh jadi belum verified.. :-(
Pengennya verifikasi pake kartu kredit sendiri, gak mau pake VCC alias Virtual Credit Card yang cukup beresiko bagi saya ‘n tentunya tidak leluasa, bukan?

Setelah satu hari ReQuest, lalu saya pun check pada member area pada situs PTC Kooplinks mengenai “Status History” payout aliran dana penghasilan online saya di PTC ini, eh ternyata admin PTC tersebut telah mengirimkannya ke akun Paypal saya. Tentu saja saya pun merasa senang karena kemungkinan besar akun Paypal saya juga tidak “$ 0.00” lagi alias terisi dana. Namun, yang saya herankan dan saya sesali adalah ternyata payout dana dari PTC tersebut tidak saya terima di akun Paypal saya dan tentunya akun Paypal saya gak jadi terisi dech…..

Wahh gawat nieh kalo begitu…
Untung saja dana payout yang saya ReQuest terbilang cukup sedikit. Hal ini memang sengaja saya lakukan untuk nge-test mengenai akun Paypal yang belum terverifikasi. Hmmm… ternyata apa yang dikatakan Bang Jonru, yang pernah saya termui di seminar “Bisnis Online dan Internet Marketing” di Purwokerto awal Tahun ini bahwa akun Paypal yang belum “Verified” tidak bisa di kirimi dana alias di transferi uang. Tentu saja juga tidak bisa withdraw ataupun mencairkan dana ke rekening bank lokal dan kartu kredit.

Lantas, ke mana uang/dana yang sebenarnya sudah di kirim Kooplinks kepada saya?
Apakah di tahan oleh pihak Paypal, ada yang tau…?

Kalo mau gabung bareng saya di PTC Kooplinks, monggoh daftar disini, gratis koQ...
Kalo pengen daftar paypal dan mempelajarinya, silahkan klik aja banner di bawah ini

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Mendadak Forex Trading

Selasa, 15 Juli 2008

Beberapa waktu ini, beberapa kawan2 mahasiswa di kampus saya (Politeknik Pratama Purwokerto) lagi booming melakukan kegiatan Forex Trading. Kesan saya terhadap kegiatan tersebut adalah “Lumayan dech, ada perkembangan di dunia Internet he..he.. biasanya mereka Cuma chating ‘n Fs-an aja alias add friend di Friendster”. Ya, cukup hebat-lah bahwa mereka sudah melek “Money Making” di Internet. Walaupun sampai saat ini, mungkin mereka baru memulai dari “Demo Account” terlebih dahulu ataupun dari bonus deposit pada Forex dan belum berinvestasi di sana.


Bagi saya sendiri sieh gak masalah apakah mereka lagi terbawa trend atau memang mau mendalami dunia Forex Trading, yang penting mereka belajar dahulu mengenai sisi baik dan buruknya forex trading. Syukur2 nanti bisa mahir dalam pasar Forex Trading sehingga bisa bagi-bagi ilmu kepada saya ataupun sekedar traktir makan di kantin he..he…

Dikatakan “Mendadak Forex Trading”, karena beberapa kawan mahasiswa saling sharing alias tukar-menukar informasi dan memberikan tips trading di satu tempat lab internet di kampus.

Berbeda dengan kawan-kawan yang menggunakan software atau perusahaan yang mengelola Forex Trading, saya sendiri dulu pernah bermain di dunia Forex Trading melalui jasa Marketiva. Namun, di situ pun saya baru bisa melakukan trading dengan deposit yang di berikan secara cuma-cuma sebesar $5. Yach, lumayanlah bisa latihan trading dengan deposit tersebut. Tetapi kemudian, mungkin karena kurang beruntung di pasar Forex Trading dan belum begitu menguasainya, saya sendiri melakukan konsekuensi untuk berhenti pada pasar valas di Forex Trading tersebut.

Kalau boleh nyebut sendiri sieh mungkin “hangat-hangat tahi ayam”, cuma senang menekuni di awal saja dan sekedar iseng. Mengingat pada waktu itu hasil profit/laba yang di peroleh juga sangat sedikit dan tidak sebanding dengan pengeluaran untuk sewa biaya internet. So, saya putuskan untuk berhenti sementara.

Dibilang sementara, karena siapa tau nanti-nantinya saya akan kembali beraksi di pasar Forex Trading bila sudah mapan lagi he..he..
Memang sieh, kesuksesan sangat dibutuhkan dengan berbagai upaya perjuangan yang tidak instant dan latihan untuk bisa menggapai impian. Tapi ya itu, dalam waktu ini saya lebih memilih mundur dulu daripada dipaksakan dan lebih suka “Money Making” di bidang bisnis online yang lainnya yang semoga lebih enjoy ataupun bakat di dalamnya. Sebenarnya bakat sieh tidak begitu mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia bisnis khususnya di bisnis online, namun yang lebih penting adalah “Take Action”. Kalo boleh saya bicara, bakat sebenarnya diperoleh akibat dari seringnya latihan dan kebiasaan, bukan?

Semoga aja, semua kawan2 mahasiswa saya tetap semangat dech di pasar Forex Trading.
Gambatte Kudasai..!!!

Upss!! Mendadak Hunting Kado

Senin, 07 Juli 2008

Hari minggu (6/7/’08) ini saya bener-bener capek diselingi suasana stress sedemihian rupa. Ya, itulah perasaan saat ini, namun hingga tulisan ini di buat alhamdulillah sudah mendingan dikit ‘n enjoy-lah. Hari itu beberapa target harus saya selesaikan dalam waktu yang cukup singkat dan padat. Untunglah target tersebut bukanlah suatu “target pemasaran” dalam suatu perusahaan yang mati-matian, lah wong saya bukan orang marketing kantoran alias masih kuliah :-).

Seperti tertera pada judul posting kali ini, tentu cerita dan kisah nyata yang saya sampaikan berkaitan dengan “gift” ato souvenir pemberian alias kado. Kado ini bukanlah kado untuk ultah seseorang ato pacar, melainkan buat seorang teman yang merayakan pernikahan. Kalo di analisa dari tingkatan usia, dia adalah seorang cewek kakak kelas saya dalam berkuliah yang dulu cukup sering kumpul dan main bareng, juga tergabung dalam MB Productions Politeknik Pratama Purwokerto, tempat saya kuliah saat ini.

Anehnya teman saya belum di wisuda tetapi sudah merit aliah nikah duluan ha..ha..
It’s OK ‘n no problem~! Yach, karena udah kerja juga….
Semoga aja tinggal nunggu wisuda aja ‘n tugas-tugas akhirnya sudah selesai semua dech…!

Langsung aja dah ke topik persoalan…
Berawal dari 1 minnggu sebelum acara resepsi pernikahan, saya bersama beberapa teman-teman kuliah mendapatkan undangan pernikahan dari salah seorang sahabat yang akrab dengan panggilan “Novi”. Kalo nama aslinya sieh “Christina Novita”, kebetulan satu kampung dengan saya tetapi berbeda kompleks kelurahan.

Mengingat cukup seringnya saya dan kawan-kawan selalu kompak untuk keperluan kebersamaan (rombongan) dalam tengok-menengok, jenguk-menjenguk dan sebagainya, saya pun santai saja dalam kali ini. Memang hal ini mesti dibuat santai dalam arti meng-koordinir keuangan untuk keperluan “something”, dan dalam cerita ini tentu saja adalah hadiah ato kado pernikahan buat sahabat kami. Namun, saya akui sebagai mantan “Kepala Suku” alias ketua MB Productions kadang ada teman-teman juga yang relatif tidak kompak (mode on: mungkin tergantung mood kali ye…? Jadi kayak terbagi blok barat ‘n blok timur he..he..).

Nah, kali ini termasuk ada “sisi yang tidak kompak” menurut saya sendiri dan membuat saya bingung dengan beberapa tingkah mereka…..
Kenapa tidak bingung, lah wong belum ada respon ketika saya selingkan pertanyaan mengenai “gift” saat memenuhi undangan pernikahan. Beberapa hari kemudian saya konfirmasi lagi, malahan ada seorang teman yang sudah duluan membeli kado secara pribadi dengan alasan beberapa hari lalu ditanyakan tetapi tidak ada respon sama seperti yang saya tanyakan kepada teman lainnya.


Lah, saya juga gak merasa di tanyakan jadi saya tidak respon, so siapa yang salah…?
Makanya saya tanyakan lagi, eh ternyata sudah duluan beli kado. Saya tanyakan kepada temen-temen lainnya (adik kelas) juga sudah keburu beli duluan. Yach, mungkin saya jarang ketemu ama mereka karena saya memang jarang ke kampus mengingat mata kuliah yang saya ambil semester ini sudah sedikit. Mungkin mereka juga salah paham ato sibuk sendiri sehingga kelupaan.

Ya, biarlah kalo begitu…
Yang penting berangkatnya saya gak mau di tinggal dan sendirian deh. Keluar uang banyak buat beli kado gak masalah.

1 hari sebelum resepsi pernikahan (sabtu), saya pun kontak temen lama (cowok gendut) untuk beli kado bareng dan ternyata dia sanggup cari kado bareng saya. Namun yang saya kecewa adalah dia membatalkan janji secara satu pihak tanpa memberitahu saya dengan alasan ke-malaman (padahal perasaan tidak malam amat deh). Eh, ujung-ujungnya dia malahan bilang entah besoknya bingung bisa kondangan ato ka gak, saya sendiri kurang tau. (mode on: tinggal kondangan aja koq bingung)
Huhh…! Memang sifat temen saya yang satu ini cukup “keterlaluan” dan sudah terbukti beberapa waktu lampau juga seperti ini, sehingga bisa di bilang “Omong Doank” dan “tidak tepat janji” (mode on :semoga bisa sadar dech).

Akhirnya, saya pun bingung memilih apakah jadi beli kado ato pake amplop saja. Ternyata pilihan saya yang tertuju adalah beli kado saja akan lebih baik dan berkesan (semoga), ketimbang cuma menyumbang “uang cash”. Nah, hari minggu saat itu saya bergegas mencari souvenir untuk di jadikan kado. Waktu yang di butuhkan saat itu cuma nyampe siang saja (sekitar jam 11), karena jam 12 siang sudah mulai berangkat bersama rombongan kawan-kawan lainnya yang sudah keburu beli kado duluan.

Saya keliling beberapa supermarket di kota Purwokerto dan akhirnya mengingat waktunya tinggal sedikit jadi saya putuskan untuk membeli di satu supermarket saja dech. Pilih dan memilih souvenir yang cukup menarik namun harganya terjangkau bagi saya pun dilakukan dengan teliti nyampe pusing. Yach gitu lah, mengingat sifatnya dadakan jadi cukup pusing untuk mencari yang terbaik untuk di jadikan kado.

Saya pun memutuskan memilih untuk membeli “vas bunga” yang terbuat dari keramik dengan model khas yang berwarna pink. Semoga saja modelnya gak narsis dan kuno dech he..he.. maklum saya gak tau menau mengenai model terbaru vas bunga. Tetapi yang penting bermanfaat dan tujuannya, bukan….?

Sebenarnya sieh saya ingin membeli lampu meja yang menarik, namun mengingat yang tersedia sangat terbatas dan waktu saya untuk membeli kado juga sangat amat terbatas, jadi seadanya saja dan semoga hadiah tersebut juga bisa bermanfaat bagi kedua mempelai.

Kemudian di bungkus deh dengan kertas kado, yang lagi-lagi ternyata kardus vas bunga tersebut membuat saya kebingungan karena memang tidak ada kardus khusus yang cocok. Ya, dengan terpaksa saya bawakan ke bagian informasi supermarket tersebut untuk di bungkuskan agar bisa menarik.

Sampai saat ini saya juga merasa kurang enak karena bungkus kardus tempat vas bunga tersebut kurang begitu rapi. Memang setelah di bungkus memakai kertas kado tidak akan kelihatan buruknya kardus pembungkus vas bunga tersebut. Tapi, kalo di buka…..?

Semoga saja hadiah tersebut bisa berkenan dech, yang penting isi dan proteksinya donk. Apalagi bingkisan kado tersebut terbuat dari keramik, jadi harus hati-hati membungkusnya dengan beberapa kardus pengganjal di dalamnya (mode on: maaf ya).

Semoga aja gak di banting ye, biar gak pecah…..!
Sekali lagi juga saya minta maaf buat mempelai yang mungkin baca tulisan ini kalau ucapan-nya juga pake tulisan tangan secara manual yang kurang rapi….
Yach, itulah karena kado tersebut tergolong saya cari sangat dadakan.
Harapan saya semoga makna hadiah tersebut tidak hilang sehingga bisa membawa
kebahagiaan rumah tangga buat kawan saya, walaupun fisik hadiah dari saya ini
bukan sebuah hadiah yang paling istimewa di hari pernikahan.

“Selamat Menempu Hidup Baru, Semoga Menjadi Keluarga Yang Bahagia”

Surat Perpisahan Untuk RSI

Kamis, 03 Juli 2008

Mendengar beberapa berita bahwa Radio Singapura Internasional atau yang lebih akrab dengan sebutan RSI akan di tutup dan di bubarkan dalam dunia siaran SW, saya pun merasa heran dan mencari tau apa yang sedang terjadi. Beberapa alasan penutupan siaran pun ternyata sangat mengecewakan tidak hanya bagi saya sendiri, melainkan bagi teman-teman pendengar SW lainnya yang sudah mendengarkan sejak lama bahkan tahunan yang lalu.

Berikut kutipan dari channelnewsasia.com

MediaCorp's Radio Singapore International (RSI) will end transmission on July 31.

MediaCorp said it will redeploy all RSI staff to other areas and retrain some for new duties.The regional shortwave radio service was set up in 1994 by the former Singapore Broadcasting Corporation.

The aim was to reach out to the region and help overseas Singaporeans keep pace with developments at home. MediaCorp said the effectiveness of a shortwave radio service has diminished over time, with changing technology and media consumption habits.

It added while FM radio broadcast remains strong, audiences are turning to other channels such as the web and Channel NewsAsia's International feed for their news. So it is no longer optimal to continue with a full regional radio service, which broadcasts in four languages. - CNA/vm


Dengan berita yang cukup mengecewakan pendengarnya itu, saya pun mengirimkan aspirasi saya dalam surat yang ditulis via e-mail sebagai berikut :

To : MediaCorp RSI (Radio Singapore International)
Subject : Special To RSI (Curahan Duka Untuk RSI)


Assalamu ‘alaikum wr.wb,
Salam Sejahtera!

Dear RSI, Pengelola ‘n penyiarnya…
Sangat prihatin dan sedih dari ungkapan lubuk hati terdalam setelah mendengar bahwa MediaCorp Radio akan menutup siaran SW di akhir bulan July depan (31July). Sebenarnya saya sendiri merasa tidak percaya akan berita tersebut. Saya pun mencari tahu melalui website MMC (Media Monitoring Club) dan berita di Channel News Asia. Alhasil ternyata berita itu benar… L

Sempat juga saya tidak mendengarkan siaran RSI bahasa Indonesia selama 2 minggu karena ada kepentingan menghadiri acara do’a secara berturut-turut di tempat tetangga yang meninggal dunia. Namun saya tetap memantau beberapa siaran melalui internet. Ternyata berita duka tidak saja timbul hanya disini, namun berita duka telah sampai ke Singapura mengenai akan di tutupnya siaran RSI…. L

Sangat sedih kalau kami sebagai para pendengar RSI yang jumlahnya cukup amat banyak tidak bisa mempertahankan keberadaan siaran SW pada RSI. Padahal banyak sekali siaran SW lainnya yang mempertahankan siarannya melalui pendengarnya agar tetap eksis. Kami sadar bahwa pendengar bukanlah pengelola dan pemilik siaran, kami tahu alasan yang di ambil adalah hal yang sangat berat bagi kami dan berusaha memaklumi alasan bahwa jalur SW sudah dalam tanda kutip ketinggalan jaman. Namun pendengar sebenarnya adalah suatu aset yang tak ternilai dari keberadaan siaran. Bayangkan apabila sekalipun siaran FM yang terdengar merdu dan jernih tidak ada pendengarnya, akan terasa tragis dan memprihatinkan, bukan?

Tapi sangat berbeda dengan siaran radio SW yang cukup jernih (walaupun belum sempurna) telah memiliki aset pendengar yang banyak, maka fungsi dan tujuan radio itu sendiri untuk menginformasikan siarannya kepada khalayak telah TERCAPAI dengan baik. Apalagi perangkat pendukung siaran SW sekarang ini khususnya RSI sangatlah canggih dan sesuai dengan perkembangan zaman modern. Ambil contoh saja adalah website, newsletter melalui e-mail, corporate blog sampai dengan podcasting radio yang ternyata juga di miliki RSI sangatlah memungkinkan bahwa siaran SW bukan sekedar jalur yang tertinggal. Apalagi program siaran SW yang khas dan berbeda dengan siaran radio FM yang kadang membosankan, jangkauan luas maupun rasa kekeluargaan-pertemanan di seluruh penjuru dunia yang satu visi untuk kebersamaan akan membuat nilai tersendiri di bandingkan radio lokal.




Yach kawan…
Ternyata usia RSI hanya sampai 14 tahun (1994-2008) dan saya telah mendengarkan selama kurang lebih 5 tahun.
Amat banyak sekali yang saya peroleh dari RSI dan rasa kegembiraan yang tidak ternilai harganya.

Ternyata yang terancam “Punah” bukan hanya Satwa langka, namun akankah keberadaan siaran SW lainnya akan punah seperti RSI…?
“Semoga RSI adalah siaran SW yang terakhir tutup siaran setelah siaran lainnya seperti beberapa seksi bahasa di NHK World Radio dan siaran SW lainnya.”

Dengan uraian surat ini semoga anda bisa mengerti keberadaan para pendengar RSI dan klub pendengarnya. Dan tentunya sangat di sayangkan sekali aset pendengar di abaikan dalam penghentian siaran…..

Sejujurnya, dengan tulus hati saya sangat mengucapkan terima kasih banyak atas segala layanan yang ada pada RSI nan modern selama ini, baik melalui siaran SW maupun melalui perangkat pendukungnya di internet. Tak ketinggalan pula ucapan terima kasih atas perhatian besar kepada pendengarnya, khususnya saya yang selama 5 tahun ini dalam kesediannya mengirimkan berbagai cenderamata yang tak ternilai harganya mulai dari Buletin, Buku ELC edisi 1 s/d 3, T-Shirt, Perangko Special HUT Singapura dan sebagainya sampai dengan Radio Digital yang telah saya peroleh sebagai hadiah “terhebat” di Temu Pendengar di Jogja tahun lalu (2007). J

Kini hanyalah tinggal kenangan dan kenangan itu terkubur dalam cenderamata RSI. Semoga kenangan tersebut bisa tersimpan dan bangkit untuk meyakinkan bahwa RSI adalah siaran SW yang terbaik bagi pendengarnya.

Semoga ada perubahan terbaik bagi MediaCorp dan pendengar!
Tetap jaga persahabatan dengan pendengarnya!

Sekian surat ini, mohon maaf bila ada perkataan yang kurang berkenan dan itu demi masukan saran untuk kemajuan MediaCord Radio maupun para pendengarnya. Terima kasih atas perhatiannya.
Salam Sukses Selalu


Wassalam,



Pengirim :
FADLIANSYAH
di Sokaraja Kulon (Purwokerto) 53181
Jawa Tengah



Total Pageviews

Archive

Categories